Penjualan -Setiap orang menyukai inovator. Entah itu Steve Jobs, Google, atau
Procter & Gamble. Dunia menjadi berbeda karena para innovator.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana perusahaan biasa dapat menjadi
inovator dan memanfaatkan inovasinya sebagai pembeda dari pesaingnya?
A.T. Kearney telah mempelajari berbagai faktor yang mempengaruhi
suksesnya sebuah inovasi. Dalam studi terakhir, kami berfokus pada
pengelolaan inovasi dan melihat bagaimana perusahaan terkemuka
menempatkan perhatian yang hampir tiga lipat dibandingkan dengan
perusahaan yang menjadi pengikut pasar- mengembangkan strategi inovasi,
menciptakan ide, dan memilah ide yang akan dijalankan.
Mungkin banyak orang akan menduga bahwa inovasi yang sukses harus melibatkan proses brainstorming yang unik, atau figur pemimpin sekelas Jobs yang dapat memprediksi keinginan pelanggan dan menjabarkannya dalam visi yang jelas.
Namun demikian, hasil studi kami menemukan faktor-faktor fundamental
berikut yang menjadi DNA bagi perusahaan-perusahaan yang inovatif. Pertama, pemimpin secara eksplisit mendefinisikan dan mendukung strategi inovasi berikut proses dan governansinya. Kedua, pertumbuhan, dan bukan semata-mata mengejar keuntungan, adalah tujuan utama dalam berinovasi.
Ketiga, inovasi seringkali terjadi atau tumbuh pada unit
yang terkadang melanggar batasan antara kebutuhan hari ini dan rencana
ke depan. Keempat, inovasi yang berkelanjutan memerlukan
identifikasi dan monitoring dari ukuran kinerja yang tepat sehingga
dapat diambil langkah-langkah korektif yang jelas.
Perusahaan yang inovatif tidak mencampuradukkan keadaan saat ini
dengan yang akan datang, dengan menciptakan mesin yang terpisah antara
penanganan bisnis hari ini dan perencanaan untuk masa akan datang –
dengan kata lain, tetap mengejar tujuan jangka pendek sembari berusaha
mengkapitalisasi keunggulan jangka panjang.
Contohnya IBM, untuk memberi prioritas yang seimbang, mereka membagi
peluang dalam tiga kategori: peluang bisnis jangka pendek, peluang
pertumbuhan jangka menengah, dan peluang pertumbuhan jangka panjang. IBM
secara sadar membuat keputusan untuk tetap mengalokasikan 10% – 15%
pendanaannya untuk peluang-peluang jangka panjang tanpa mengorbankan
kesempatan jangka pendek yang ada.
Strategi Inovasi
Strategi inovasi yang direncanakan dengan baik tidak akan cukup
mendongkrak kinerja perusahaan. Adalah sama pentingnya untuk memiliki
komponen lain untuk mencapai suksesnya inovasi, termasuk akuntabilitas,
komitmen sumberdaya, dan ukuran kinerja. Governansi dan mekanisme untuk
mendorong implementasi juga sangat penting. Memberi komitmen investasi
dan sumberdaya untuk digunakan dalam eksekusi strategi inovasi bahkan
seringkali dianggap sebagai tantangan terbesar.
Kebanyakan eksekutif gagal memisahkan kebutuhan hari ini dengan
kebutuhan masa depan ketika membuat rencana bisnisnya. Akibatnya, ketika
sumberdaya terbatas, prioritas kemudian dialihkan untuk tujuan jangka
pendek dan inovasi menjadi terlupakan. Beberapa perusahaan bahkan
menerapkan ide kreatif untuk mengatasi kendala sumberdaya.
Lihat Google yang menetapkan kebijakan kerja karyawan yang fleksibel
sehingga mendorong ide inovatif. Kebijakan 20% Google yang terkenal
memungkinkan karyawan mereka meluangkan 1 hari dalam seminggu dalam
proyek diluar area yang menjadi tanggungjawab mereka.
Pertumbuhan atau Keuntungan?
Pertumbuhan pendapatan adalah salah satu tujuan utama strategi
inovasi. Studi kami memperlihatkan bahwa mereka yang menjadi inovator
menempatkan fokus strategi inovasinya pada pertumbuhan pendapatan
dibandingkan keuntungan.
Dengan kata lain, strategi inovasi kemungkinan besar akan
menghasilkan lebih banyak produk baru, lebih cepat merespon terhadap
kebutuhan pasar, ataupun penambahan pendapatan dibandingkan pengurangan
biaya melalui efisiensi operasional.
Ketika pertumbuhan pendapatan dijadikan tujuan, maka kredo pelanggan
adalah rajalah yang berlaku. Studi kami juga mengkonfirmasikan hal ini,
dimana sebagian besar eksekutif terkemuka mengatakan bahwa memenuhi
kebutuhan pelanggan adalah kriteria utama dalam memprioritaskan inovasi,
di atas segala hal, termasuk potensi untuk segera balik modal ataupun
pertimbangan kemampuan saat ini.
Contohnya, langkah pertama 3M dalam inovasi adalah menghubungkan
kebutuhan pelanggan dengan teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Sukses dari 3M lebih dibangun dari peneliti mereka yang
berhubungan langsung dengan pelanggan serta kemampuan untuk
mengidentifikasi kebutuhan mereka, bahkan sebelum mereka sadar akan
kebutuhan tersebut.
Siapa yang Memimpin?
Kebanyakan perusahaan memilih pemimpin inovasi dari posisi yang cukup
tinggi dalam organisasi. Dua dari tiga perusahaan mempercayakan inovasi
kepada head of business unit, yang secara aktif memimpin aktivitas inovasi.
Pemilihan ini cukup beralasan karena seringkali CEO agak kesulitan
untuk memisahkan prioritas hari ini dan masa akan datang. P&G dan
IBM memisahkan mereka yang memimpin inisiatif inovasi dari mereka yang
melakukan kegiatan operasional. Singkatnya, innovator yang hebat tidak
membiarkan keadaan saat ini membiaskan ambisi mereka tentang masa depan.
Bagaimana Ukuran Kinerja?
Mengukur efektivitas inovasi dengan indicator kinerja (KPI)
seringkali dianggap suatu tantangan besar, konon lebih besar dari
hambatan lain seperti keahlian untuk berinovasi, komitmen sumberdaya dan
sponsor dari eksekutif.
Akhirnya, terjadi situasi telur-ayam dimana tidak adanya KPI
menyulitkan perusahaan untuk mengukur dan mengarahkan aksi yang tepat.
KPI tidak selamanya harus berupa target finansial, misalnya IBM
mendefinisikan target kinerja bisnis untuk bisnis intinya dan peluang
pertumbuhan, tapi tidak menetapkan target finansial untuk inovasi masa
datang, tetapi cukup tegas dan jelas dalam milestones bagi strategi jangka panjangnya.
Mengembangkan strategi inovasi adalah proses yang sulit yang
membutuhkan pemahaman akan kondisi unik industri, budaya perusahaan yang
khusus, dan dalam keadaan tertentu (misalnya pada pendekatan open innovation) kemampuan untuk membentuk aliansi dan kerja sama.
Walaupun setiap perusahaan mungkin akan menempuh strategi inovasi
yang berbeda-beda, sukses sebagai inovator hanya akan terjadi melalui
komitmen untuk mencapai tujuan saat ini dan masa datang – secara
terpisah, dengan kesadaran bahwa sukses masa depan memerlukan investasi
hari ini.
Ketika suatu perusahaan gagal dalam berinovasi, seringkali bukan
karena strategi inovasi yang salah ataupun terlupakan, tapi lebih kepada
hal yang lebih fundamental: komitmen dan keinginan yang kuat.(sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar