Join

Join

Pasang Iklan Banner
Cukup Klik Disini !

Selasa, 08 Januari 2013

Tidak Sekadar Menjadi Pengikut Pasar

Penjualan -Setiap orang menyukai inovator. Entah itu Steve Jobs, Google, atau Procter & Gamble. Dunia menjadi berbeda karena para innovator. Pertanyaannya sekarang, bagaimana perusahaan biasa dapat menjadi inovator dan memanfaatkan inovasinya sebagai pembeda dari pesaingnya?

A.T. Kearney telah mempelajari berbagai faktor yang mempengaruhi suksesnya sebuah inovasi. Dalam studi terakhir, kami berfokus pada pengelolaan inovasi dan melihat bagaimana perusahaan terkemuka menempatkan perhatian yang hampir tiga lipat dibandingkan dengan perusahaan yang menjadi pengikut pasar- mengembangkan strategi inovasi, menciptakan ide, dan memilah ide yang akan dijalankan.

Mungkin banyak orang akan menduga bahwa inovasi yang sukses harus melibatkan proses brainstorming yang unik, atau figur pemimpin sekelas Jobs yang dapat memprediksi keinginan pelanggan dan menjabarkannya dalam visi yang jelas.


Namun demikian, hasil studi kami menemukan faktor-faktor fundamental berikut yang menjadi DNA bagi perusahaan-perusahaan yang inovatif. Pertama, pemimpin secara eksplisit mendefinisikan dan mendukung strategi inovasi berikut proses dan governansinya. Kedua, pertumbuhan, dan bukan semata-mata mengejar keuntungan, adalah tujuan utama dalam berinovasi.

Ketiga, inovasi seringkali terjadi atau tumbuh pada unit yang terkadang melanggar batasan antara kebutuhan hari ini dan rencana ke depan. Keempat, inovasi yang berkelanjutan memerlukan identifikasi dan monitoring dari ukuran kinerja yang tepat sehingga dapat diambil langkah-langkah korektif yang jelas.
Perusahaan yang inovatif tidak mencampuradukkan keadaan saat ini dengan yang akan datang, dengan menciptakan mesin yang terpisah antara penanganan bisnis hari ini dan perencanaan untuk masa akan datang – dengan kata lain, tetap mengejar tujuan jangka pendek sembari berusaha mengkapitalisasi keunggulan jangka panjang.

Contohnya IBM, untuk memberi prioritas yang seimbang, mereka membagi peluang dalam tiga kategori: peluang bisnis jangka pendek, peluang pertumbuhan jangka menengah, dan peluang pertumbuhan jangka panjang. IBM secara sadar membuat keputusan untuk tetap mengalokasikan 10% – 15% pendanaannya untuk peluang-peluang jangka panjang tanpa mengorbankan kesempatan jangka pendek yang ada.

Strategi Inovasi
Strategi inovasi yang direncanakan dengan baik tidak akan cukup mendongkrak kinerja perusahaan. Adalah sama pentingnya untuk memiliki komponen lain untuk mencapai suksesnya inovasi, termasuk akuntabilitas, komitmen sumberdaya, dan ukuran kinerja. Governansi dan mekanisme untuk mendorong implementasi juga sangat penting. Memberi komitmen investasi dan sumberdaya untuk digunakan dalam eksekusi strategi inovasi bahkan seringkali dianggap sebagai tantangan terbesar.

Kebanyakan eksekutif gagal memisahkan kebutuhan hari ini dengan kebutuhan masa depan ketika membuat rencana bisnisnya. Akibatnya, ketika sumberdaya terbatas, prioritas kemudian dialihkan untuk tujuan jangka pendek dan inovasi menjadi terlupakan. Beberapa perusahaan bahkan menerapkan ide kreatif untuk mengatasi kendala sumberdaya.
Lihat Google yang menetapkan kebijakan kerja karyawan yang fleksibel sehingga mendorong ide inovatif. Kebijakan 20% Google yang terkenal memungkinkan karyawan mereka meluangkan 1 hari dalam seminggu dalam proyek diluar area yang menjadi tanggungjawab mereka.

Pertumbuhan atau Keuntungan?
Pertumbuhan pendapatan adalah salah satu tujuan utama strategi inovasi. Studi kami memperlihatkan bahwa mereka yang menjadi inovator menempatkan fokus strategi inovasinya pada pertumbuhan pendapatan dibandingkan keuntungan.
Dengan kata lain, strategi inovasi kemungkinan besar akan menghasilkan lebih banyak produk baru, lebih cepat merespon terhadap kebutuhan pasar, ataupun penambahan pendapatan dibandingkan pengurangan biaya melalui efisiensi operasional.

Ketika pertumbuhan pendapatan dijadikan tujuan, maka kredo pelanggan adalah rajalah yang berlaku. Studi kami juga mengkonfirmasikan hal ini, dimana sebagian besar eksekutif terkemuka mengatakan bahwa memenuhi kebutuhan pelanggan adalah kriteria utama dalam memprioritaskan inovasi, di atas segala hal, termasuk potensi untuk segera balik modal ataupun pertimbangan kemampuan saat ini.

Contohnya, langkah pertama 3M dalam inovasi adalah menghubungkan kebutuhan pelanggan dengan teknologi yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sukses dari 3M lebih dibangun dari peneliti mereka yang berhubungan langsung dengan pelanggan serta kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka, bahkan sebelum mereka sadar akan kebutuhan tersebut.

Siapa yang Memimpin?
Kebanyakan perusahaan memilih pemimpin inovasi dari posisi yang cukup tinggi dalam organisasi. Dua dari tiga perusahaan mempercayakan inovasi kepada head of business unit, yang secara aktif memimpin aktivitas inovasi.

Pemilihan ini cukup beralasan karena seringkali CEO agak kesulitan untuk memisahkan prioritas hari ini dan masa akan datang. P&G dan IBM memisahkan mereka yang memimpin inisiatif inovasi dari mereka yang melakukan kegiatan operasional. Singkatnya, innovator yang hebat tidak membiarkan keadaan saat ini membiaskan ambisi mereka tentang masa depan.

Bagaimana Ukuran Kinerja?
Mengukur efektivitas inovasi dengan indicator kinerja (KPI) seringkali dianggap suatu tantangan besar, konon lebih besar dari hambatan lain seperti keahlian untuk berinovasi, komitmen sumberdaya dan sponsor dari eksekutif.

Akhirnya, terjadi situasi telur-ayam dimana tidak adanya KPI menyulitkan perusahaan untuk mengukur dan mengarahkan aksi yang tepat. KPI tidak selamanya harus berupa target finansial, misalnya IBM mendefinisikan target kinerja bisnis untuk bisnis intinya dan peluang pertumbuhan, tapi tidak menetapkan target finansial untuk inovasi masa datang, tetapi cukup tegas dan jelas dalam milestones bagi strategi jangka panjangnya.

Mengembangkan strategi inovasi adalah proses yang sulit yang membutuhkan pemahaman akan kondisi unik industri, budaya perusahaan yang khusus, dan dalam keadaan tertentu (misalnya pada pendekatan open innovation) kemampuan untuk membentuk aliansi dan kerja sama.

Walaupun setiap perusahaan mungkin akan menempuh strategi inovasi yang berbeda-beda, sukses sebagai inovator hanya akan terjadi melalui komitmen untuk mencapai tujuan saat ini dan masa datang – secara terpisah, dengan kesadaran bahwa sukses masa depan memerlukan investasi hari ini.
Ketika suatu perusahaan gagal dalam berinovasi, seringkali bukan karena strategi inovasi yang salah ataupun terlupakan, tapi lebih kepada hal yang lebih fundamental: komitmen dan keinginan yang kuat.(sumber)

Tidak ada komentar: