Join

Join

Pasang Iklan Banner
Cukup Klik Disini !

Rabu, 13 Februari 2013

Perbedaan Kedelai Lokal dan Impor

Berita Iklan - Kebutuhan kedelai nasional tahun 2012 sebanyak 2,4 juta ton. Angka tersebut tercukupi dengan 70 persen impor (1,25 juta) dan sisanya produksi dalam negeri sebanyak 779.800 ton kedelai. Kendati demikian, kualitas kedelai impor tidak sama dengan lokal. Keduanya punya keunggulan dan kelemahan masing-masing. Berikut perbedaan dari kedua kedelai tersebut berdasarkan pemaparan persentasi Direktur Aneka Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kementerian Pertanian, Maman Suparman pada diskusi di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, pada Selasa ( 7/8/2012 ) lalu.

Kedelai lokal unggul dari impor dalam hal bahan baku pembuatan tahu. Rasa tahu lebih lezat, rendemennya pun lebih tingi, dan resiko terhadap kesehatan cukup rendah karena bukan benih transgenik. Sementara kedelai impor sebaliknya. Sekalipun unggul sebagai bahan baku tahu, kedelai lokal punya kelemahan untuk bahan baku tempe. Penyebabnya, ukuran kecil atau tidak seragam dan kurang bersih, kulit ari kacang sulit terkelupas saat proses pencucian kedelai, proses peragiannya pun lebih lama. Lalu setelah berbentuk tempe, proses pengukusan lebih lama empuknya. Bahkan bisa kurang empuk.(Social Bookmark).


 
Dalam hal budidaya kedelai baik lokal maupun impor punya kelebihan masing-masing. Kedelai lokal memeliki umur tanaman lebih singkat 2,5 - 3 bulan daripada impor yang mencapai 5 - 6 bulan. Benihnya pun lebih alami dan non-transgenik.
Akan tapi dalam hal produktivitas dan luas lahan, kedelai impor lebih tinggi. Bila varietes lokal umumnya masih berproduksi di bawah 2 ton per hektare, maka impor bisa mencapai 3 ton per hektarenya. Biji impor pun umumnya lebih besar.
Lemahnya produktivitas kedelai lokal tersebut tidak didukung oleh industri perbenihan yang kuat, mekanisasi usaha tani berskala besar serta efisien, dan juga lahan khusus kedelai yang luas.
Sementara itu pada kesempatan yang sama, peneliti pemulia kedelai dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Harry Is Mulyana menilai, kandungan gizi kedelai lokal memang lebih unggul ketimbang impor.
 
"Selain transgenik, bahkan yang saya dengar kedelai yang masuk di Indonesia hanya ampas kedelainya saja sementara sari patinya (gizi) sudah menghilang. Entah diambil saat di negara asalnya atau memudar karena lamanya proses pengiriman kedelai," ungkapnya.
Sekedar informasi, impor terbesar kedelai indonesia masih berasal dari Amerika Serikat sebanyak 1,8 juta ton, lalu dikuti Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037 ton, Uruguay 16.824 ton, dan Brazil 13.550 ton. Sementara itu, kebutuhan kedelai 2012 sebanyak 2,4 juta ton bakal didistribusi ke perajin tahu tempe sebanyak 83,7 persen (1,8 juta ton), Kecap dan Tauco 14,7 persen ( 325.220 ton), perbenihan 1,2 persen (25.843 ton), dan pakan 0,4 persen (8.319 ton) - Pasang Iklan.

Tidak ada komentar: