Berita Iklan - Kebutuhan kedelai nasional tahun 2012 sebanyak 2,4 juta ton.
Angka tersebut tercukupi dengan 70 persen impor (1,25 juta) dan sisanya
produksi dalam negeri sebanyak 779.800 ton kedelai. Kendati
demikian, kualitas kedelai impor tidak sama dengan lokal. Keduanya punya
keunggulan dan kelemahan masing-masing. Berikut perbedaan dari
kedua kedelai tersebut berdasarkan pemaparan persentasi Direktur Aneka
Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Kementerian Pertanian, Maman Suparman
pada diskusi di gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),
Jakarta, pada Selasa ( 7/8/2012 ) lalu.
Kedelai lokal unggul
dari impor dalam hal bahan baku pembuatan tahu. Rasa tahu lebih lezat,
rendemennya pun lebih tingi, dan resiko terhadap kesehatan cukup rendah
karena bukan benih transgenik. Sementara kedelai impor sebaliknya. Sekalipun
unggul sebagai bahan baku tahu, kedelai lokal punya kelemahan untuk
bahan baku tempe. Penyebabnya, ukuran kecil atau tidak seragam dan
kurang bersih, kulit ari kacang sulit terkelupas saat proses pencucian
kedelai, proses peragiannya pun lebih lama. Lalu setelah berbentuk
tempe, proses pengukusan lebih lama empuknya. Bahkan bisa kurang empuk.(Social Bookmark).
Dalam hal budidaya kedelai baik lokal maupun impor punya
kelebihan masing-masing. Kedelai lokal memeliki umur tanaman lebih
singkat 2,5 - 3 bulan daripada impor yang mencapai 5 - 6 bulan. Benihnya
pun lebih alami dan non-transgenik.
Akan tapi dalam hal
produktivitas dan luas lahan, kedelai impor lebih tinggi. Bila varietes
lokal umumnya masih berproduksi di bawah 2 ton per hektare, maka impor
bisa mencapai 3 ton per hektarenya. Biji impor pun umumnya lebih besar.
Lemahnya produktivitas kedelai lokal tersebut tidak didukung
oleh industri perbenihan yang kuat, mekanisasi usaha tani berskala besar
serta efisien, dan juga lahan khusus kedelai yang luas.
Sementara
itu pada kesempatan yang sama, peneliti pemulia kedelai dari Badan
Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Harry Is Mulyana menilai, kandungan gizi
kedelai lokal memang lebih unggul ketimbang impor.
"Selain
transgenik, bahkan yang saya dengar kedelai yang masuk di Indonesia
hanya ampas kedelainya saja sementara sari patinya (gizi) sudah
menghilang. Entah diambil saat di negara asalnya atau memudar karena
lamanya proses pengiriman kedelai," ungkapnya.
Sekedar
informasi, impor terbesar kedelai indonesia masih berasal dari Amerika
Serikat sebanyak 1,8 juta ton, lalu dikuti Malaysia 120.074 ton,
Argentina 73.037 ton, Uruguay 16.824 ton, dan Brazil 13.550 ton. Sementara
itu, kebutuhan kedelai 2012 sebanyak 2,4 juta ton bakal
didistribusi ke perajin tahu tempe sebanyak 83,7 persen (1,8 juta ton),
Kecap dan Tauco 14,7 persen ( 325.220 ton), perbenihan 1,2 persen
(25.843 ton), dan pakan 0,4 persen (8.319 ton) - Pasang Iklan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar